PMS – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
Pemuda Merga Silima (PMS) Indonesia – Mbelin Brahmana mengucapkan turut
berbelasungkawa atas meninggalnya Mangasa Sinaga (81), orangtua dari Henra J. Sinaga,
SIP Wakil Ketua DPD PMS Kabupaten Dairi. Ketum DPP PMS Dairi ini turut berdoa untuk
almarhum kiranya bersama Tuhan Allah Bapa di Sorga...
dan kepada keluarga yang
ditinggalkan kiranya tetap bersabar serta senantiasa dilimpahkan berkat,
sukacita, damai sejahtera dan umur yang panjang.
Ucapan bela sungkawa yang sama
juga disampaikan Ketua DPD PMS Kabupaten Dairi – Robert Hendra Ginting, AP,
M.Si. Ia mengaku mengagumi sosok negarawan Pak Mangasa Sinaga dan semasa
hidupnya beberapa kali berkomunikasi dan banyak belajar birokrasi pemerintahan
serta politk dengannya.
Sosok Mangasa Sinada adalah perintis pasar Kopi
Sidikalang meninggal dunia di RS Murni Teguh Medan, Rabu (23/7) sekira pukul
05.00 WIB. Petarung kelahiran Desa Sirait
Kabuaten Samosir itu menghadap Sang Pencipta, menyusul istri tercinta, Pintauli
boru Sitanggang yang berpulang 6 bulan silam.
Kabar duka disampaikan Henra J
Sinaga, putra dari Mangasa melalui telepon. “Sahit matua ma goar na (wafat
karena kondisi kesehatan menurun di mana usia sudah lanjut),” kata anggota DPRD
Dairi itu.
Hendra menuturkan, saat fisik masih prima,
Mangasa intens memperkenalkan Kopi Sidikalang di kancah nasional. Kopi
Sidikalang Cap Rumah Adat dipasarkan melalui bendera usaha CV Sahat Martua. Hendra
menuturkan, Kopi Sidikalang Cap Rumah Adat menjadi minuman resmi Sidang Umum
MPR RI di Jakarta tahun 1990.
Artinya, Kopi Sidikalang pernah tertoreh menjadi
konsumsi para pejabat negara termasuk setingkat Duta Besar di Gedung DPR/MPR
RI. “Kopi Sidikalang telah tercatat sebagai minuman resmi pejabat negara di
Sidang Umum MPR RI,” ujar Hendra.
Sehubungan cita rasa dan aroma khas, Kopi
Sidikalang menjadi hidangan di Istana Presiden tahun 1993-2018 khususnya momen
peringatan Detik-Detik Proklamasi 17 Agustus. Guna memperkuat pemasaran, produk
tersebut juga dipromosikan melalui radio dan sering dipublikasi melalui koran.
Menu dimaksud juga dipakai pemerintah daerah sebagai oleh-oleh. Namun, bisnis
itu perlahan ditinggal lantaran kondisi fisik menurun. Hendra menyebut, Mangasa
tercatat sebagai penerima Piagam Penghargaan Upakarti diserahkan Presiden
Suharto tahun 1990.
Apresiasi dimaksud terkait misi sosial yang dijalankan
Mangasa. Yakni membantu dan menyerahkan alat tenun ulos kepada warga di Desa
Silalahi secara gratis. Sebelumnya, tahun 1989, Mangasa menerima penghargaan
Karya Jasa dari Gubernur Sumut atas bantuan alat tenun. “Ketika ayah memiliki
usaha kilang kayu (saw mill), sebagian potongan didesain menjadi alat tenun. Rakitan
itu dipakai membantu penenun ulos di Silalahi,” kata Hendra.
Hendra mengatakan,
sang ayah adalah figur visioner dan fighter. Tak kenal lelah dan kaya ide. Diutarakan, seusai menyelesaikan pendidikan dari
STM di Jalan Timor Medan, Mangasa melamar menjadi PNS dan ditempatkan pertama
kali di Dinas Perhubungan Sumut bertugas di Karo.
Dari sana, pindah ke
Sidikalang. Sembari bekerja, Mangasa bersama Pintauli memanfaatkan peluang
bisnis buat menambah penghasilan. Yakni, jualan ampas (limbah tepung tapioka).
Ampas dimaksud sangat laris buat pakan ternak babi.
“Bapak dan mamak dulu
keliling Sidikalang menjajakan ampas. Itu juga cara mengajarkan anak-anak agar
tidak gengsi. Asalkan halal, mainkan,” ujar Ketua DPC Partai Solidaritas
Indonesia (PSI) itu.
Ditambahkan, menyusul keterbatasan pasokan bahan baku,
kilang kayu (saw mill) sempat lama tak beroperasi. Konstruksi kurang terawat. Lalu, gagasan muncul. Bangunan terbuka
dimodifikasi menjadi ruang acara representatif bernama Sopo Sahat Martua di
bilangan Jalan Pahlawan Sidikalang Kabupaten Dairi.
Gedung tersebut kerap
dipakai buat upacara adat dan pertemuan lainnya. Mangasa Sinaga adalah anggota DPRD Kabupaten
Dairi periode 2004-2009 dan 2009-2014. Sosok ini senantiasa mendukung program
pemerintahan, berjiwa demokratis dan koperatif.
Catatan wartawan, di era Orde Baru, Mangasa
selalu memberi andil dalam perhelatan politik baik Pemilu maupun pemilihan
Bupati. Dia adalah pengurus inti Partai Golkar Dairi. Keberhasilan Drs. S. Is. Sihotang dan Dr. M.P. Tumanggor menjadi Bupati tak lepas dari kontribusinya.
Mangasa meninggalkan 8 anak dan 20 cucu dengan
gelar Ompu Yemima. Generasi yang ditinggal, terbilang sukses. Diantaranya Artur
Sinaga bertugas di Badan Intelijen Negara (BIN), Marisi Sinaga PNS di
Pemerintah Sumut dan Hendra Sinaga, legislator. Almarhum disemayamkan sementara
di rumah duka di Jalan Hasoman Sidikalang. (Sebahagian Sumber dikutip dari https://analisadaily.com/ )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Tinggalkan Pesan